Seni & Musik: Suara-suara Lembut yang Mengguncang Kesadaran Sosial

 

Kebudayaan & Kearifan Lokal

(Karena Kadang, Lagu Lebih Didengar daripada Ceramah)

Pernah nggak kamu tiba-tiba terdiam waktu denger lagu lama yang liriknya nyentuh banget? Atau merasa merinding pas nonton pertunjukan seni yang menggambarkan penderitaan orang-orang di daerah konflik? Ya, itu bukan kebetulan. Itu adalah kekuatan seni dan musik yang mampu mengetuk hati, bahkan mengubah cara pikir kita tentang dunia.

Di tulisan Catatan Pahupahu kali ini, kita mau ngobrol santai soal bagaimana seni dan musik punya peran besar dalam membangkitkan kesadaran sosial. Nggak melulu lewat demo, orasi, atau tulisan panjang—kadang, satu lagu atau satu lukisan bisa lebih “nendang” dan menyentuh banyak orang.

 

Seni dan Musik: Bukan Cuma Hiburan

Kalau kita bicara soal seni dan musik, banyak yang langsung mikir: “Ah, itu kan buat hiburan.” Ya, memang benar, seni dan musik bisa jadi pelepas stres. Tapi, di balik dentingan gitar atau goresan kuas, ada pesan yang seringkali lebih dalam dari sekadar senang-senang.

Seni dan musik itu medium. Sarana. Jalan alternatif untuk menyampaikan suara—terutama suara-suara yang sering diabaikan. Lewat seni, orang bisa mengkritik tanpa harus teriak. Bisa menyentil tanpa harus menyakiti. Dan yang paling keren: bisa menyatukan orang dari berbagai latar belakang untuk peduli pada satu isu yang sama.

 

Kenapa Seni & Musik Bisa Bikin Kita Lebih Sadar?

1. Bahasanya Universal

Musik dan seni nggak butuh translator. Orang yang nggak ngerti bahasa Inggris tetap bisa menangis dengar “Imagine”-nya John Lennon. Warga desa bisa terpukau lihat mural sosial meski nggak tahu teori warna.

Bahasa emosi yang dibawa seni dan musik menjangkau semua orang—lintas umur, lintas budaya.

2. Menembus Batas Ego

Kadang, orang malas diajak diskusi soal isu sosial karena merasa diserang. Tapi kalau disampaikan lewat lagu atau pertunjukan teater, mereka bisa menerima tanpa defensif. Karena hati yang disentuh lebih dulu, logika pun jadi lebih terbuka.

3. Menggugah Imajinasi dan Empati

Sebuah lukisan tentang anak-anak korban perang bisa bikin kita lebih peduli daripada angka statistik di berita. Musik yang mengangkat suara minoritas bisa bikin kita membayangkan apa rasanya jadi mereka.

 

Dari Dulu Sampai Sekarang: Seni & Musik Selalu Jadi “Alat Perlawanan”

Nggak usah jauh-jauh, kita lihat sejarah di negeri sendiri. Lagu-lagu perjuangan zaman kemerdekaan seperti “Halo-Halo Bandung” atau “Syukur” bukan cuma buat semangat, tapi juga menyatukan rakyat melawan penjajah. Seni sandiwara rakyat seperti ketoprak atau lenong sering menyisipkan kritik sosial yang tajam meski dibalut humor.

Lanjut ke era Orde Baru, banyak musisi yang “nakal”—berani mengkritik lewat lirik lagu, seperti Iwan Fals. Lagu “Bento” atau “Ibu” bukan cuma hits, tapi juga bikin orang mikir dan mempertanyakan keadaan sosial waktu itu.

Di luar negeri? Banyak. Bob Dylan, U2, Kendrick Lamar, Beyoncé, bahkan BTS sekalipun pernah mengangkat isu sosial seperti rasisme, kemiskinan, kekerasan, hingga kesehatan mental.

 

Contoh Nyata: Ketika Lagu Mengubah Dunia

·         “We Are the World” (1985) – Lagu ini mengumpulkan musisi dunia untuk bantu korban kelaparan di Afrika. Nggak cuma nyentuh hati, tapi juga sukses galang dana jutaan dolar.

·         “Heal the World” – Michael Jackson – Lagu ini mengajarkan empati dan tanggung jawab global, mengajak generasi muda untuk peduli pada dunia yang lebih baik.

·         “Surat Cinta untuk Starla” – Virgoun – Meski bukan lagu politik, lagu ini sempat dijadikan simbol gerakan cinta lingkungan di beberapa komunitas anak muda karena video klipnya yang menyentuh soal alam.

·         “Tanah Air” – Lagu Nasional – Coba denger lagu ini di perantauan, pasti baper. Lagu ini sederhana tapi ampuh menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme.

 

Seni Lokal Juga Banyak Berperan!

Jangan salah, kesenian tradisional juga punya peran besar dalam menyampaikan pesan sosial. Di Mandar, misalnya, ada Sayyang Pattuqduq, tarian kuda yang sering dibarengi syair-syair edukatif, bahkan kritik sosial secara halus. Atau Pakkacapingan—syair-syair yang dilagukan dengan alat musik tradisional, banyak memuat petuah kehidupan, kisah rakyat, dan ajakan moral.

Di Jawa ada wayang, di Bali ada topeng, di Toraja ada tari Ma’badong, semua membawa pesan yang lebih dari sekadar pertunjukan.

 

Generasi Muda dan Kreativitas Sosial

Seni dan musik makin penting di era sekarang, apalagi buat generasi muda. Banyak anak muda yang mungkin malas ikut seminar politik, tapi rela nonton konser musik bertema sosial. Banyak yang nggak suka baca berita, tapi betah scroll TikTok seniman yang menyuarakan isu lewat karya unik mereka.

Maka, saatnya kita manfaatkan kekuatan ini:

·         Buat mural di kampus atau desa dengan pesan keberagaman dan toleransi.

·         Ajak teman bikin musik video bertema lingkungan atau anti bullying.

·         Gunakan platform seperti YouTube, Spotify, Instagram untuk menyuarakan keresahan sosial lewat seni.

 

Tapi... Jangan Asal Viral

Satu hal yang perlu dicatat: seni dan musik bisa jadi kuat banget, tapi juga bisa disalahgunakan. Jangan sampai kita asal bikin karya cuma demi viral, tanpa pesan yang jelas. Apalagi kalau sampai malah menyebarkan hoaks, stereotip, atau merendahkan kelompok tertentu.

Karya yang bagus adalah yang menyentuh hati, membuka mata, dan memanggil empati. Bukan sekadar sensasi kosong.

 

Penutup ala Pahupahu: Mari Bersuara dengan Indah

Dunia ini kadang terlalu berisik. Tapi justru di tengah kebisingan itu, seni dan musik bisa jadi suara lembut yang menggugah. Bukan untuk menggurui, tapi mengajak. Bukan untuk menghakimi, tapi menyentuh. Dan kalau kita jeli, justru lewat karya seni lah orang jadi lebih peka, lebih sadar, dan lebih peduli.

Di tangan seniman, kuas bisa lebih tajam dari pedang. Di tangan musisi, gitar bisa lebih lantang dari toa.

Jadi, yuk, kita ramaikan dunia ini dengan suara-suara indah yang membawa pesan.

Karena mungkin, satu lagu yang kamu buat hari ini… bisa menyelamatkan banyak hati besok pagi.

 

Punya lagu, puisi, lukisan, atau karya yang mengangkat isu sosial? Kirim ke Catatan Pahupahu. Kita percaya, setiap suara punya kekuatan. Dan siapa tahu, suaramu lah yang dunia butuhkan hari ini.

Komentar

Postingan Populer